Kanker Usus Besar

on Friday, December 19, 2008

Mengenali Kanker Usus Besar

Sebagai saluran terakhir pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.
Gejala
  • Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.
  • Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum.
  • Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir.
  • Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.

Penyebab

  • Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
  • Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat.
  • Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
  • Lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
  • Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
  • Obesitas.
  • Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum.

Pemeriksaan medis

  • Fiberoptik kolonoskopi: Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.
  • CT Scan.
  • Pemeriksaan darah:Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah.

Perawatan

  • Kemoterapi
  • Radiasi
  • Operasi:Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.
  • Teknik laparoskopi:Melalui beberapa lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut. Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang itu dan dipantau lewat layar monitor.

Pencegahan

  • Konsumsi banyak makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
  • Asam lemak omega-3, yang banyak terdapat dalam ikan tertentu.
  • Kosentrasi kalsium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
  • Susu yang mengandung Lactobacillus acidophilus.
  • Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
  • Hidup rileks dan kurangi stres.

Deteksi Dini

  • Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, terhadap kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini.
    Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun.
    Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.
    "Sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat ketiga jenis kanker tersebut dalam keluarganya," kata dr Aru W Sudoyo, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo kepada Media Indonesia, pekan lalu di ruang kerjanya.
    Apalagi bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan," lanjut Aru, deteksi dini sangat disarankan.

Menurut Aru, beberapa prosedur deteksi dini kanker kolon antara lain:

  • Pemeriksaan colok dubur oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
  • Setelah itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Kemudian pemeriksaan secara visual dengan endoskopi di kolon atau disebut kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
  • Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
  • Cara lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon adalah dengan enema barium. Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
    Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
  • Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. Aru mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon
    (IJ/S-4)
    Sumber : Koran Media Indonesia, Edisi Rabu, 12 April 2006/NO. 9244/TAHUN XXXVII

0 comments:

Post a Comment